Singkawang, Kota Seribu Vihara
Singkawang, Kota Seribu Vihara
Konon,
suatu hari ketika sedang bersantai menikmati acara televisi, ada
seorang anak gadis kecil bertanya kepada ibunya. “Ibu apakah nama pulau
terkecil di dunia?”, kemudian sang ibu menjawab bahwa nama pulau
terkecil di dunia adalah “Pulau
HOPE” atau “Pulau HARAPAN”. Dahulu jawaban seperti itu dianggap benar
akan tapi sekarang setelah diakui dan tercatat oleh Persatuan Bangsa
Bangsa maka jawaban yang benar untuk nama pulau terkecil di dunia adalah
Pulau Simping yang berada di Singkawang, Kalimantan Barat.
Jika menggunakan kendaraan bermobil dari Kota Pontianak
menuju Kota Singkawang yang berjarak sekitar 187 km maka akan ditempuh
dengan waktu kurang lebih selama 3 (tiga) jam perjalanan dan setibanya
di Kota Singkawang nanti jangan lupa menyempatkan diri naik ke bukit
yang dinamakan kawasan Rindu Alam untuk dapat melihat indahnya Kota
Singkawang dari kejauhan dengan balutan pemandangan yang menakjubkan
dengan hamparan pesisir pasir putih yang memanjang sekitar 3 (tiga) km
sehingga terkenal dengan nama Pantai Pasir Panjang
dan sekaligus sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling favorit
warga Kalimantan Barat. Setelah itu berikutnya disarankan untuk singgah
di tempat wisata baru terkenal lainnya, yang masih di dalam kawasan
Sinka Island Park.
Ditempat
ini jugalah ditemukan pulau terkecil didunia, yaitu Pulau Simping.
Pulau Simping merupakan daratan yang tediri dari pasir dan bebatuan yang
ditumbuhi beberapa pohon di atasnya. Disana juga terdapat semacam
Vihara kecil, tempat warga Tionghoa
setempat bersembahyang. Di pulau yang terkenal mungil ini tersedia
keindahan pemandangan pantai, laut, dan perbukitan yang mengelilinginya,
tak heran walaupun sangat kecil, Pulau Simping tak akan pernah sepi
dari pengunjung. Kawasan lain yang juga terkenal dalam satu area
perairan Bay Teluk Mak Jantu yang merupakan salah satu daerah konservasi
alam adalah kebun binatangnya Sinka Zoo yang konon termasuk di dalam 10
(sepuluh) kebun binatang terbaik di Indonesia. Terkejut?
Selesai
dimanja dengan pemandangan alam yang cantik dan mempesona ada baiknya
untuk segera melanjutkan perjalanan menuju Kota Singkawang dengan segera
agar dapat menikmati tawaran keindahan Kota Singkawang dari dekat. Kota
Singkawang adalah sebuah kota di Kalimantan Barat yang memiliki banyak
Vihara sehingga di juluki dengan sebutan kota seribu Vihara karena di
Kota Singkawang terdapat banyak warga etnis Tionghoa dari suku
Hakka/Khek sekitar 42%, selain itu Kota Singkawang juga disebut dengan
nama Kota Amoy menilik dari riwayat asal usulnya. Dan selain itu pada
setiap tahun acara perayaan Cap Go Meh (hari ke-15 tahun baru Imlek) Kota Singkawang selalu berubah menjadi kota paling meriah di seantero Kalimantan Barat.
Dalam
perayaan Cap Go Meh biasanya dimeriahkan dengan mengarak para Tatung ke
Vihara. Tatung adalah orang yang dirasuki roh dewa atau roh para
leluhur, para Tatung akan menaiki tangga – tangga yang terbuat dari
pedang atau berdiri di ujung tombak pada tandu yang membawanya. Semakin
hebat aksi yang ditunjukkan berarti semakin tinggi ilmu Tatung yang
dimiliki. Perayaan Cap Go Meh tahunan di Kota Singkawang merupakan
pertunjukan yang paling terkenal dan terbesar di kawasan Asia Tenggara
hingga saat ini.
Dengan
julukan sebagai Kota Seribu Vihara, Kota Singkawang dipastikan memiliki
satu Vihara tertua di Kota Singkawang. Vihara Tri Dharma
Bumi Raya adalah Vihara tertua di Kota Singkawang yang diperkirakan
berusia 200 tahun. Masyarakat Tionghoa setempat menyebut Vihara Tri
Dharma Bumi Raya dengan sebutan Tai Pak Kung (Toa Pekong). Vihara yang
terletak di pusat Kota Singkawang ini merupakan salah satu ciri khas dan
cikal bakal berdirinya Kota Singkawang. Tahun
berdirinya Vihara ini belum dapat dipastikan. Pada tahun 1933, Vihara
Tri Dharma Bumi Raya diperluas dan dibangun. Namun pada tahun 1936,
Vihara Tri Dharma Bumi Raya sempat terbakar sehingga dilakukan
direnovasi kembali. Vihara Tri Dharma Bumi Raya adalah tempat ibadah
penduduk Tionghoa yang dipercaya sebagai tempat berdiamnya Dewa Bumi
Raya, yaitu Dewa yang oleh etnis Tionghoa dianggap sebagai Dewa yang
menjaga Kota Singkawang. Sebagai Vihara tertua di Kota Singkawang,
Vihara Tri Dharma Bumi Raya kemudian dijadikan sebagai pusat kegiatan
dalam Perayaan Cap Go Meh tiap tahunnya, yaitu perayaan masyarakat
Tionghoa yang turun ke jalan pada hari ke-15 tahun baru Imlek. Dalam
Perayaan Cap Go Meh berbagai macam Tatung diarak keliling kampung. Di
Kota Singkawang, Vihara Tri Dharma Bumi Raya menjadi pusat berkumpulnya
berbagai macam Tatung yang bertujuan untuk menyembah para dewa pada
Perayaan Cap Go Meh. Berlokasi di Jalan Sejahtera ditengah Kota
Singkawang berdekatan dengan Mesjid Raya Singkawang dan Hotel
Khatulistiwa I serta Hotel Putra
Kalbar I semakin memperkokoh Vihara Tri Dharma Bumi Raya menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari pusat daya tarik wisatawan yang mengunjungi
Kota Singkawang.
Tips
bagi yang ingin mengunjungi Kota Singkawang di waktu Tahun Baru Imlek
dan Cap Go Meh (hari ke-15 tahun baru Imlek) lebih baik untuk memesan
kamar hotel sekitar 1 atau 2 bulan sebelum event berlangsung karena
tingkat hunian hotel pada masa tersebut dipastikan akan penuh, mengingat
Kota Singkawang telah masuk dalam Calender Of Event Indonesia sebagai
salah satu pusat tujuan wisata budaya Tionghoa.
Sebagai kota yang baru saja mandiri, Kota Singkawang memang nampak
sedang berbenah diri disana – sini bersama dengan hadirnya beberapa
hotel berbintang. Begitu pula daerah tujuan wisata lain yang berada di
dalamnya juga bahu – membahu mempercantik dan mempersolek diri agar
menjadi menarik sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan baik
dari dalam ataupun luar negeri sekaligus dapat memberikan kesan kenangan
tersendiri bagi setiap pengunjung yang datang sehingga hal tersebut
dapat membantu mendongkrak masa tinggal wisatawan menjadi lebih panjang
selama mereka berada di Kota Singkawang. Dengan hal demikian maka dampak
positif dari multi player effect atas usaha wisata yang ada akan dapat
segera dirasakan dan dinikmati secara nyata oleh penduduk setempat.
Belum
lagi tambahan dari wisata kuliner yang terkenal enak dan lezat sehingga
membuat Kota Singkawang menjadi teramat sangat istimewa bagi para
wisatawan yang sedang berkunjung dalam menentukan pilihan makanan yang
ada. Salah satunya adalah Bakso 68 yang sudah sangat terkenal diantara
penduduk setempat bahkan hingga Kota Jakarta. Jadi sempatkanlah mampir
untuk mencobanya. Kenapa dinamakan Bakso 68? setelah mendengar
penjelasan arti nama Bakso 68 dari pemilik biasanya para pembeli akan
tersenyum kecil apalagi jika mereka pernah berwisata ke salah satu kota
di Pulau Jawa karena ingatan pasti akan melayang ke sebuah usaha bakpia
di sebuah lokasi bernama Jalan Pathuk di Kota Yogyakarta dimana
pemiliknya juga memberi nama dagangannya sesuai nomor rumah yang mereka
huni, begitu pula dengan Bakso 68 ini dimana angka 68 adalah nomor rumah
dimana tempat mereka tinggal.
Setelah
kenyang dengan Bakso 68, ada tempat kuliner lain yang wajib dicoba
selama berada di Kota Singkawang yaitu Rujak Thai Pu Ji. Bagi anda yang
mengaku penggemar rujak rasanya harus datang kesini, tempatnya memang
cukup sederhana berlokasi di salah sudut pasar yang berada di tengah
Kota Singkawang, namun harap bersabar sedikit jika memang telah berminat
untuk mecoba rujak ini mengingat pembeli yang antre cukup banyak.
Kenapa disebut dengan nama rujak “Thai Pu Ji”? kemungkinan berasal dari
lafal kata mandarin chinese yang artinya bibi gemuk. Bibi siapa yang
gemuk? Bisa jadi karena tubuh ibu penjualnya yang kebetulan berbadan
subur sehingga dagangan diberi nama demikian. Rujak ebi dengan rasa ala
khas Kota Singkawang ini cukup spesial sehingga sayang untuk dilewatkan
begitu saja. Luar biasa!
Selain
itu masih ada makanan unik lagi khas Kota Singkawang tak lupa untuk
dicicipi yaitu Choi Pau Pan, yang artinya kue sayuran, dimana sebuah kue
yang di dalamnya berisi sayuran. Choi Pau Pan memiliki isi variasi
sayuran yang terdiri dari rebung, buncis, kucai atau daun bawang dan
bengkoang selain itu terkadang Choi Pau Pan dicampur dengan udang ebi
serta bagian atasnya ditaburi dengan bawang putih goreng sehingga
aromanya yang sangat harum menggugah selera. Ukuran makanan khas Kota
Singkawang ini hanya pas untuk satu kali suap, terlebih lagi menjadi
semakin lezat jika disantap dalam keadaan masih hangat setelah diangkat
dari tempat pengukusannya. Biasanya Choi Pau Pan disajikan beralaskan
daun pisang agar rasa nikmat dan aroma khas yang ada tetap bersatu dan
keluar secara bersamaan dalam sebuah cita rasa pilihan khas Kota
Singkawang.
Serasa
tak kuasa lagi dengan perut kenyang setelah mencicipi beberapa makanan
pilihan khas Kota Singkawang maka ada baiknya untuk tetap terus
melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan wisata alternatif yang relatif
masih baru yaitu “Danau Biru” yaitu sekitar 5 – 6 km dari pusat Kota
Singkawang yang berlokasi di Jalan Wonosari, Kelurahan Sekip Baru,
Kecamatan Singkawang. Menurut sejarahnya Danau Biru ini merupakan sisa
dari tambang emas ilegal yang berubah menjadi salah satu tempat wisata
dengan tidak disengaja. Memang tidak mirip sekali dengan danau yang
sesungguhnya karena Danau Biru tak lebih hanya dari hamparan genangan
air berwarna biru saja akan tetapi keindahan beberapa danau yang ada
disana serta air danau berwarna biru yang letaknya saling berdekatan
tersebut ditambah dengan bentangan pasir putih yang ada disekitarnya
akan memberi pesan jika keindahan Danau Biru tidak kalah pula jika
dibandingkan dengan tempat objek wisata alam lainnya, meski untuk tiba
dilokasi harus ditempuh dengan sedikit usaha ekstra mengingat lokasi
objek wisata yang relatif susah dicapai. Namun kerja keras menuju lokasi
wisata tersebut akan terbayar lunas setelah tiba dilokasi karena
pemandangan sekitar Danau Biru yang cukup mempesona mata dapat segera
menghilangkan rasa lelah yang ada. Bila para wisatawan pernah ke
berkunjung ke Kawah Putih di Kota Bandung, Jawa Barat maka di Danau Biru
ini juga akan ada dijumpai kawah putih meskipun dengan spesifikasi ala
Danau Biru, Kota Singkawang tentunya. Satu hal yang perlu diingat bagi
pengunjung jika tempat adalah ini bekas tambang emas ilegal yang
penggaliannya menggunakan cairan zat mercuri yang dikhawatirkan
kandungannya masih tersisa sehingga jangan sekali – kali mencoba untuk
minum, mandi atau berenang di dalam Danau Biru tersebut karena sangat
berbahaya meskipun Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang, H. Nurmansyah
pada tahun 2011 lalu mengatakan jika hasil penelitian dari Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kota Singkawang dan Balai Reset serta
Standarisasi Industri Pontianak menyatakan jika permukaan air Danau Biru
masih dibawah ambang batas persyaratan kualitas air minum yakni 0,001
oleh karenanya dengan mengacu kepada “Permenkes 492/Menkes/Pes/IV/2010
dan PP no. 18/ 1999” maka bahwa air masih dalam keadaan normal.
Selesai
menikmati Danau Biru dan berkeliling kota sehari penuh disarankan bagi
wisatawan untuk beristirahat sejenak sebelum menikmati makan malam di
Kota Singkawang. Hotel Mahkota Singkawang adalah pillhan bijak dan
terbaik sebagai tempat bermalam karena dengan tawaran pilihan kamar yang
ada maka para pelancong tidak akan merasa keberatan atas harga kamar
yang ada. Hotel Mahkota adalah hotel berbintang 3 (tiga) satu – satunya
dengan dukungan fasilitas yang cukup memadai, hotel ini memang cukup
berumur akan tetapi masih dapat dikatakan lumayan baik dari sisi
perawatan dan kenyamanannya. Hotel yang berlokasi di Jalan Diponegoro
No. 1 ini tereletak tepat di pusat Kota Singkawang sehingga hingar
bingar live music serta suara merdu sang biduan dan alunan piano dari
lobby lounge hotel tersebut pada setiap malamnya bagaikan memberi
sambutan hangat kepada setiap tamu atau pengunjung yang datang ketika
mereka memasuki area hotel setelah seharian berwisata di Kota
Singkawang.
Hingga pada akhirnya malam menjelang dan tak lengkap rasanya bila
tidak menikmati suasana malam di Kota Singkawang sebelum meninggalkan
esok hari. Tidak berbeda jauh dengan Kota Pontianak memang dimana
terdapat beberapa tempat berkumpul warga lokal yang kami lewati seperti
warung kopi misalnya. Tidak cukup banyak yang bisa dicari pada malam
hari di Kota Singkawang selain wisata kuliner malamnya, dan pilihan
makanan lezat salah satu untuk dinikmati adalah sotong kangkung dimana
salah satu lokasi penjualnya yang terkenal adalah terdapat di depan
pasar daging di Kota Singkawang. Sotong atau Ikan “Nus” adalah binatang
yang hidup diperairan, baik di sungai, laut atau danau. Sotong atau Ikan
“Nus” adalah termasuk makanan sejenis seafood. Hanya dengan menggunakan
kangkung dan sotong sebagai bahan utama masakan, serta kacang goreng
tanah yang telah ditumbuk halus maka proses pembuatannya dapat segera
dilakukan karena tidak terlalu sulit. Dengan kangkung yang dipergunakan
untuk memasak adalah kangkung pilihan, dan kangkung yang akan
dipergunakan untuk memasak akan dicuci bersih sebelum dipotong dengan
ukuran kecil kemudian direndam ke air panas mendidih beberapa saat
hingga lembut, lalu kangkung diangkat dan ditiriskan untuk disajikan
dalam piring, begitu pula dengan sotong yang sudah direbus serta
direndam dalam air panas mendidih beberapa saat itupun diambil lalu
dipotong memanjang tipis – tipis lalu diletakkan dibagian atas kangkung
dan ditaburi dengan kacang tanah goreng yang telah ditumbuk halus
setelah itu baru disiram dengan kuah kanji dengan rasa asam dan manis
yang dibuat dari asam jawa serta sedikit tambahan kecap ikan dibagian
atasnya. Selain itu dapat ditambahkan juga cabai rawit giling jika ingin
ada sensasi rasa pedas yang dicampur dengan air dan cuka tanpa garam
atau bawang putih sehingga rasa pedas yang ada terasa tajam dan mantap.
Tanpa
terasa wisata kuliner malam hari saat ini adalah prosesi akhir dari
rangkaian wisata di Kota Singkawang sebelum kembali ke kota asal.
Kunjungan singkat di Kota Singkawang, Kota Seribu Vihara dan Kota Amoy
terasa sudah lengkap dengan berbagai hal yang telah dicoba sejak pertama
kali tiba di kota ini. Mungkin lain kali kesempatan akan datang kembali
pada saat event Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh yang diadakan pada
setiap tahunnya. Dan memang sejak tahun 1834 saat George Windsor Earl
(English navigator & Author of works on the Indian Archipelago)
menulis kata ‘Sinkawan’ dalam bukunya ‘The Eastern Seas’, nama
Singkawang semakin populer. Kata Singkawang sendiri berasal dari nama
tanaman di hutan tropis sekitar, yaitu “TENGKAWANG”. Pedagang dan pelaut
China menyebutnya dengan “San Keuw Jong” (Shankou Yang), atau Sungai
Mulut Gunung. Memang faktanya adalah jika sungai Singkawang yang
berdelta menjadi waterfront di sore hari membelah kota terus ke
pedalaman yang bergunung. Kota Singkawang adalah tujuan ideal bagi
wisatawan yang mengharapkan teduhnya kedamaian di bawah atap rumah –
rumah pecinan dan gambar akan kepolosan bersihnya penduduk setempat
untuk diabadikan serta dibagikan sebagai cenderamata dunia kepada setiap
masyarakat internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar